Susahnya Mencari Kerja di Kota Besar Jakarta

Susahnya mencari kerja di kota besar Jakarta

Aku sudah berusaha dan berdoa kepadamu Tuhanku,tetapi mengapa sampai saat ini aku masih belum bisa mendapatkan pekerjaan,padahal segala daya dan upaya telah aku lakukan untuk mendapatkan kerja.

Mulai dari melamar kesana kemari,mengikuti pameran kerja,hingga door to door ke kantoran perusahaan.

Namun hasilnya hanya nihil,padahal aku siap dengan posisi apapun bahkan bisa dibilang “rendahan”kata sebagian orang, namun prinsipku hanya satu,selama tidak melanggar agama dan halal tentunya kenapa tidak?

Aku tahu,aku hanya mengandalkan sebuah izajah SMA yang dirasa mungkin kurang menjual,akan tetapi aku juga mempunyai keahlian dalam dunia kerja,meskipun hanya sebatas pengoperasian komputer saja.

Bersama waktu,dan bersama debu-debu jalanan serta cahaya matahari yang seolah tersenyum melihat perjuanganku yang hanya membawa sebuah surat lamaran kerja kesana kemari,dan juga keringat bercucuran seolah ingin mendinginkan hatiku yang panas karena sebuah kemarahan akan nasib yang ku alami saat itu.

Di flyover Jakarta ini,aku bisa melihat gedung-gedung yang menjulang tinggi seperti mimpiki yang mungkin terlalu ketinggian,tidak lupa kampus reformasi,yang menjelaskan tentang artinya perjuangan perubahan yang berkaitan dengan nasib dan cita-cita.Keduanya terlihat jelas didepan pandanganku.

Meskipun aku baru lulus SMA tapi tanggung jawabku sebagai seorang pemuda untuk mengubah nasib keluarga sungguh ingin kuperjuangkan.

Namun,aku yakin bahwa sang maha Kuasa tidak akan memberi cobaan diluar batasan kemampuan hambaNya.

Selain itu,rezeki seseorang telah dituliskan dari sejak dalam kandungan.
Bersama kedua keyakinan itu aku mencoba bangkit dan kuat karena setiap peristiwa ada sebuah misteri hikmah yang bisa menjadi pelajaran di kehidupan yang akan datang.

Setelah merenung,aku mencoba melangkahkan diri menaiki sebuah kendaraan umum kota Jakarta yang bernama Transjakarta. Dengan penuh kepasrahan aku duduk.
namun kulihat juga ada seseorang laki –laki berkecamata berwajah oriental berwajah mengerut yang mungkin mempunyai nasib yang sama.

Aku menduga ia sepertinya adalah seorang lulusan sarjana,namun aku bisa melihat dia sedang mencari pekerjaan lewat beberapa surat lamaran berwarna coklat yang dia pegang.
Disanalah aku merasa bahwa aku tidak sendiri,bahkan aku bisa bersyukur karena aku bisa melihat tanah yang dulu bernama Batavia ini dan yang paling terpenting adalah proses menjemput usaha dan ikhtiar yang ku cita-citakan.

Diperjalanan,aku melihat berbagai pedagang asongan berlarian menghampiri bus umum menjajakan dagangannya,mereka berlomba dan berlarian menembus lautan asap dan gelombang polusi udara yang seolah mereka abaikan demi mendapatkan rezeki lewat dagangannya,demi kuluarga,dan anak-anak mereka di rumah.

Bersama samar-samar bayangan nyata mereka yang kulihat,aku teringat dengan perjuangan orangtuaku yang di kampung,memperjuangkan nasib anak-anaknya bahkan harus bekerja banting tulang,siang dan malam demi sesuap nasi dan juga pendidikan yang tinggi,bagiku tamatan SMA adalah salah satu pendidikan tertinggi di keluarga kami.

Air mata tidak bisa terbendung,bersama doa yang kupanjatkan,bersama pula itu aku terbesit “mungkin aku pernah bersalah kepada siapapun yang pernah aku kenal” bersama itu pula aku ingin meminta maaf terhadap kesalahanku baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Disela-sela bis yang penuh sesak,aku juga bisa melihat perjuangan para anak jalanan dan kaum marginal Jakarta sedang mengamen,karena lewat suara mereka bisa memakan,yang kupertanyakan adalah dimana peranan pemerintah mengingat mereka masih dibawah umur dan terhitung sangat kecil sekali.

Aku teringat dengan sebuah puisi yang pernah kubaca yang  menggambarkan nasib anak jalanan,dan  saat ini bisa kulihat dengan mata kepalaku sendiri,membuat pemandangan yang miris dan terketuk suara hatiku,karena bagaimanapun mereka juga adalah anak bangsa negeri ini yang mempunyai cita-cita yang sama sebagai generasi penerus bangsa,

Namun apadaya ketika nasib harus mengurung kita kedalam sesuatu yang harus ditentukan,semuanya tidak akan bisa lari dari hal tersebut.

Dari beragam cerita yang kutuliskan diatas,aku hanya bisa memberikan acungan jempol melihat perjuangan mereka dalam mencari rezeki yang halal,daripada para pejabat yang berdasi yang hanya memakan uang rakyat sehingga membuat mereka menderita.

Beberapa hikmah yang kudapatkan :
1. Rezeki sudah ada yang menentukan,mau kau berusaha mencari ke ujung duniapun jika memang bukan rezekimu maka tidak akan bisa kau dapatkan.

2.Kita harus berikhtiar dan berdoa kepada Sang Pemilik Dunia ini,karena kita tidak mengetahui apakah nasib kita buruk atau bagus.    

3.Bekerja apapun selama itu halal dan tidak melanggar agama daripada bekerja haram

 4.  Selalu yakin bahwa “dibalik kesulitan,pasti ada kemudahan” dan janganlah berputus asa.

Perjalanan terus berlanjut,namun nanti insyallah bisa kutuliskan mengenai pengalamanku di dunia kerja.

Terimakasih kepada Lokerjaone yang bisa mempublikasikan tulisan sederhana ini,semoga bermanfaat bagi anda yang mungkin pernah mengalaminya atau yang mungkin akan mencari kerja di ibukota jakarta.

Tulisan ini adalah pengalaman nyata yang penulis alami beberapa tahun yang lalu,mengenai identitas penulis,penulis sengaja merahasiakannya karena penulis hanya manusia biasa yang mempunyai banyak kekurangan dan perlu banyak belajar mengenai makna hidup di dunia ini.

Silahkan share jika bermanfaat.


Comments
0 Comments


EmoticonEmoticon